Chila masih termenung memandangi bonekanya yang lusuh. Ia tak bisa menahan air matanya jatuh membasahi pipinya yang bisa dibilang "gemuk" itu. Sekali pun ia tak pernah membayangkan hal seperti ini menimpa dirinya, ya, dirinya. "AKU TAK BISA!!! AKU TAK BISA PAPAAAA..." teriaknya di tengah bukit yang sangat dingin tempat ia berada saat ini. Untung saja saat itu sudah malam, tak ada yang datang ke bukit di desa terpencil itu pada malam hari. Ia bisa meluapkan semua yang membebaninya saat ini di tempat itu, ya di tempat dingin itu.
Tak banyak yang tahu mengapa ia menjadi seseorang yang "gila" seperti itu. Tapi sedikit orang yang tahu, Chila gadis kecil yang ingin beranjak menjadi dewasa itu telah kehilangan semangat hidup sejak ia mendengar kenyataan pahit... Tak pernah terbayangkan orang yang selama ini meramwatnya ternyata bukan orang tua kandungnya. Ia sangat tak percaya . Tapi ini kenyataan yang harus ia jalani.
"KENAPA PA?? KENAPA?" pertanyaan yang tak berhenti berputar di otaknya. huh... Chila kini bimbang, ia duduk di atas batu yang agak tumpul dan hampir ditumbuhi lumut. Gadis itu menangis terisak... Andai saja orang tuanya (atau bisa dibilang orang tua angkatnya) tahu ia telah kabur dari rumah pasti Chila tak diperbolehkan pergi di malam yang terselimuti dingin ini. "Aku tak .. hiks ...hiks ... mau pu.. lang.." suaranya lirih. Tekadnya sudah bulat tak ada yang bisa mengubahnya.
***
"hahahaha... geli!!" Suara tawa Chila membuat suasana rumah itu menjadi riuh. "hahahahaha...... ampun papa!!" katanya kepada seorang lelaki paruh baya. "ahhh kakak udah dong sama aja kayak papa... genit ... weee " katanya riang yang ditujukan untuk seorang anak lelaki yang berusia sekitar 12 tahun itu. Malam itu keluarga kecil yang tinggal di desa terpencil di daerah pinggiran Kota itu sungguh merasakan hangatnya keakraban keluarganya. Keluarga di mana Chila dirawat selama hampir 10 tahun.
" Oke.. pada usil ya sama Chila awas, ya!!" kata gadis kecil yang bisa dibilang lucu itu.
" Ya ampun deh adekku ini... jangan balas dendam..." balas anak lelaki yang duduk di sebelahnya.
" Biarin wee.."
" Ya udah kalau Chila mau balas dendam sama kakak, papa balas lagi... hayo..." kata lelaki paruh baya seraya menggendong Chila ke kamarnya.
" Ihh papa ada-ada aja!! Chila geli... hahahhaa.. Mama tolongin Chila dong!!!"
Kini giliran wanita yang sama usianya seperti lelaki yang menggendong Chila, berbicara, " Mama nggak mau nolongin anak yang mau balas dendam kayak non Chila ini... hahahha"
" ihh mama curang... hahahaha.." balasnya riang
"Sekarang waktunya tidur ya Chila sudah malam..."
" Yah papa... Oke deh Chila juga udah cape' diusilin terus sama kakak, papa, trus kakak juga..."
" hahaha...ya udah sekarang tidur ya... mama sama papa juga mau tidur... selamat malam gadis kecil .." kata wanita itu.
" Selamat malam mama papa..."
Kedua suami istri itu pun tersenyum lalu pergi dari kamar berukuran 4x3 itu. Chila pun bergegas tidur dan merapikan posisinya. Dan tidak ketinggalan boneka yang selalu menemaninya telah berada di sebelah bantalnya.
Waktu terus berlalu udara makin dingin, tapi Chila tak bisa memejamkan matanya sejak tadi, entah mengapa tank seperti biasanya ia mengalami susah tidur. Gadis kecil nan mungil itu bermaksud untuk tidur di kamar orang tuanya. Langkahnya terus mendekati pintu kamarnya. Tapi ia mendengar sesuatu, seperti ada percakapan antara dua orang di ruang tengahnya. Sayup-sayup ia mendengar suara-suara,
" Tadi aku sangat gembira melihat tawanya..."
" Sama , Aku tak menyangka bahkan tak menyadari kenyataan ..."
"Tenanglah, kita yang merawatnya sejak 10 tahun lalu, dan lihat ia bahagia bukan?"
"Oke tapi kita juga harus menyadari bahwa dia bukan anak kandung kita yang harus kita pulangkan 1 tahun lagi ke orang tuanya ma..."
" tapi aku tak sanggup...."
BRAK itu bagaikan tamparan untuknya, ia tahu siapayang dimaksud dalam pembicaraan itu. Yaitu dirinya.
ia tak sanggup mendengar percakapan itu lagi dan kini ia mulai menangis..
"Tak mungkin... " desahnya pelan. Ia tak sanggup menerima kenyataan pahit ini. Mungkin sangat pahit.
***
Di atas batu itu ia terus saja menangis, tak henti-hentinya ia melontarkan kalimat "ini tak mungkin." Tak ada seorang pun yang mau menerima kenyataan ini. Tak ada juga yang sanggup menjalani kenyataan ini. Ia sudah menganggap mereka saudara dan orang tuanya. Dan ia tak ingin pulang lagi ke rumah itu, untuk saat ini. Entah sampai kapa ia akan terus di situ, di selimuti dingin dan di jaga malam.
hahay isseng ... :)
INFORMASI
Cerpen ini adalah sebuah karya fiksi belaka pabilla ada kesamaan nama, tempat, dan peristiwa saya mohon maf yang sebesar-besarnya.
Salam Penulis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar